Evolusi Gameplay dari DreadOut ke DreadOut 2 - Hai, Sobat Lapanetiere! Kalau kamu pernah main DreadOut pertama dan lanjut ke DreadOut 2, pasti langsung ngerasain perbedaan gameplay yang cukup signifikan antara keduanya. Walaupun kedua game ini sama-sama mengusung horor supranatural dengan sentuhan budaya lokal Indonesia, pendekatan permainannya berubah lumayan banyak—baik dari sisi mekanik, tempo, sampai gaya bertarung.
Di artikel kali ini, kita bakal bahas gimana sih evolusi gameplay dari DreadOut pertama ke DreadOut 2. Perubahan apa aja yang dibawa Digital Happiness? Lebih seru mana? Lebih menegangkan yang mana? Yuk kita bahas satu per satu!
DreadOut (2014): Horor Klasik dengan Kamera Ponsel
1. Mekanik yang Sederhana tapi Mencekam
Pada game pertama, kamu bermain sebagai Linda Meilinda, siswi SMA yang nyasar ke dunia gaib. Gameplay-nya cenderung minimalis tapi sangat efektif. Linda cuma punya satu senjata utama: kamera ponselnya. Kamera ini digunakan untuk melihat dan mengusir hantu. Beberapa makhluk hanya muncul saat kamu melihat lewat lensa kamera, bikin suasana makin intens.
Sistem ini mengingatkan pada seri Fatal Frame, tapi dibalut dengan nuansa lokal yang kuat. Kamu harus tetap tenang di tengah ketegangan dan mencari sudut yang tepat untuk memotret hantu. Rasanya seperti survival horor klasik—serba terbatas, bikin tegang terus.
2. Kontrol dan Gerak Karakter
Salah satu kekurangan di DreadOut pertama adalah kontrol yang terasa agak kaku. Gerak Linda lambat dan animasinya kurang halus. Tapi justru karena itu, perasaan “tidak berdaya” makin terasa. Kamu bener-bener merasakan sensasi sendirian dan harus bertahan hidup dengan kemampuan minim.
3. Atmosfer yang Padat
Kelebihan lain yang bikin gameplay-nya menonjol adalah suasana. Dari awal sampai akhir, atmosfer horor disajikan dengan sangat rapat. Lokasi seperti sekolah tua, rumah kosong, dan jalanan desa yang sunyi benar-benar bikin kamu merasa waspada sepanjang waktu. Tidak banyak musik latar—lebih banyak sunyi dan suara ambient yang mengganggu mental.
4. Struktur Level yang Terbatas tapi Fokus
DreadOut pertama menggunakan struktur level yang lebih linier. Pemain tidak bisa bebas menjelajah. Tapi justru ini membantu membentuk pacing cerita yang ketat. Tiap ruangan, tiap koridor, semuanya dirancang untuk memunculkan ketegangan maksimal.
DreadOut 2 (2020): Pendekatan Baru, Dunia Lebih Luas
Setelah enam tahun, DreadOut 2 hadir dengan pendekatan yang jauh lebih modern dan kompleks. Banyak elemen gameplay baru yang ditambahkan, membawa angin segar—tapi juga mengubah arah pengalaman bermain secara keseluruhan.
1. Dunia Semi Open-World
Hal paling mencolok dari DreadOut 2 adalah struktur dunianya. Kali ini, kamu tidak lagi hanya menjelajah di bangunan-bangunan angker, tapi juga bisa berkeliaran di kota kecil pada siang hari. Ada banyak NPC, interaksi ringan, dan bahkan side quest yang bisa kamu ambil.
Hal ini bikin DreadOut 2 terasa lebih seperti action-adventure ketimbang survival horor murni. Suasana siang hari memberikan jeda dari ketegangan, tapi juga sedikit mengurangi sensasi konstan “tidak aman” yang sangat terasa di game pertama.
2. Sistem Pertarungan Jarak Dekat
Salah satu perubahan terbesar dalam gameplay adalah sistem pertarungan. Di DreadOut 2, Linda tidak hanya mengandalkan kamera, tapi juga bisa bertarung secara fisik menggunakan senjata seperti pisau atau pedang roh. Ini adalah mekanik baru yang tidak ada di game sebelumnya.
Di satu sisi, ini bikin gameplay lebih variatif dan memberi pemain rasa kontrol lebih besar. Tapi di sisi lain, hilanglah rasa powerless yang jadi ciri khas game horor klasik. Saat kamu bisa membantai hantu dengan pedang, rasa takut otomatis turun beberapa level.
3. Kamera Masih Ada, Tapi Tak Lagi Utama
Kamera masih digunakan dalam DreadOut 2, terutama untuk melihat hal-hal tak kasatmata, membuka jalan, atau melawan jenis hantu tertentu. Tapi jelas, perannya sudah bukan sebagai senjata utama. Kamera kini jadi alat bantu, bukan alat bertahan hidup.
Ini cukup kontroversial di kalangan fans. Ada yang suka karena gameplay jadi lebih seru dan dinamis, tapi ada juga yang merasa horornya jadi kurang dalam.
4. Sistem Progression dan Upgrade
DreadOut 2 memperkenalkan sistem upgrade dan inventory yang lebih kompleks. Kamu bisa menemukan item, membuka skill baru, dan mengatur perlengkapan. Ini membuat game terasa lebih seperti RPG ringan. Ada semacam progresi karakter yang sebelumnya tidak ada.
Perubahan ini menunjukkan ambisi developer untuk membuat game yang lebih panjang dan punya replayability, tapi juga menggeser genre-nya jadi lebih ke arah action-adventure.
Perbandingan Langsung: Apa yang Berubah?
Aspek | DreadOut (2014) | DreadOut 2 (2020) |
---|---|---|
Senjata | Kamera saja | Kamera + senjata tajam |
Dunia | Linier | Semi open-world |
Atmosfer | Mencekam dari awal sampai akhir | Campuran siang dan malam |
Kebebasan | Terbatas, fokus pada cerita | Lebih bebas, ada side quest |
Gameplay Utama | Eksplorasi dan puzzle | Kombinasi eksplorasi, aksi, dan RPG ringan |
Tingkat Ketakutan | Tinggi, horor psikologis | Lebih rendah, lebih banyak aksi |
Respon Pemain: Campur Aduk Tapi Positif
Respon dari pemain atas perubahan gameplay ini cukup beragam. Banyak yang memuji DreadOut 2 karena berani berevolusi dan tidak hanya jadi “copy-paste” dari game pertama. Dunia yang lebih luas dan pertarungan yang aktif bikin game lebih seru dan cocok untuk gamer yang suka aksi.
Tapi tidak sedikit juga yang rindu suasana intens dan tekanan psikologis dari game pertama. Beberapa menyebut bahwa DreadOut 2 terasa seperti “game yang berbeda”, bukan sekadar sekuel.
Hal ini sebenarnya wajar. Developer menghadapi tantangan berat: mempertahankan fans lama sambil mencoba menarik pemain baru. Dan harus diakui, Digital Happiness cukup berhasil menjaga keseimbangan itu meski tak semua puas 100%.
Kesimpulan: DreadOut 1 vs 2, Mana yang Lebih Cocok Buatmu?
DreadOut dan DreadOut 2 sama-sama membawa pengalaman horor yang menarik, tapi dengan pendekatan gameplay yang sangat berbeda.
Kalau kamu lebih suka horor murni, atmosfer mencekam, dan gameplay terbatas tapi intens, maka DreadOut pertamaadalah pilihan yang paling pas. Ini adalah game yang membuatmu merasa sendirian, rentan, dan terus-menerus waspada.
Tapi kalau kamu lebih suka aksi, eksplorasi dunia yang lebih terbuka, dan sistem pertarungan yang aktif, maka DreadOut 2 bisa jadi lebih menyenangkan. Game ini menawarkan pengalaman horor yang lebih modern, dengan berbagai fitur tambahan yang membuatnya lebih kompleks.
Pada akhirnya, evolusi gameplay dari DreadOut ke DreadOut 2 adalah cerminan pertumbuhan developer dan keberanian mereka bereksperimen. Meski tidak sempurna, langkah ini menunjukkan bahwa horor lokal Indonesia bisa terus berkembang dan tidak berhenti hanya di satu formula.
Jadi, kamu tim DreadOut 1 yang klasik dan seram, atau tim DreadOut 2 yang penuh aksi dan petualangan? Atau mungkin, kamu suka dua-duanya karena karakternya tetap Linda yang badass? Coba deh main lagi dua-duanya, dan rasakan sendiri perbedaan atmosfer dan gameplay-nya.